Cerpen "SAYANG SEKALI BU"

 SAYANG SEKALI BU

Karya : Farida Ammara - Sosiologi 2022


Aku pernah membaca suatu tulisan entah dimana bunyinya begini, sayang sekali memiliki dua makna tergantung bagaimana pengucapanya dan pada kondisi apa, mungkin maksudnya jika kita bilang ‘sayang sekali’ ke orang yang kita sayang itu menandakan betapa sayangnya kita kepada orang tersebut, namun sayang sekali jugabermakna kehilangan sesuatu. Sayang sekali bu.. adalah kalimat yang tepat untuk aku memberi tahu ibu.

Aku selalu bertanya tentang teka - teki mengenai dunia ini, kenapa di dunia yang sangat luas ini ada anak lain yang umurnya sama dengan ku, makannya sama dengan ku, sama- sama lahir dari ibu mereka, dan menghirup udara yang sama tapi harus memiliki nasib yang berbeda. Aku sering membandingkan dan bertanya kenapa aku berbeda? Kenapa dibanyak persamaan aku dan anak- anak lain aku harus tidak merasakan rasanya disayang ibu. Apakah aku nakal? Aku melihat banyak anak nakal lainnya yang di peluk ibu mereka, aku melihat anak nakal lainnya yang terluka lalu ibunya memasang plester luka di kaki mereka, lalu kenapa aku tidak? Kenapa aku berbeda? Kenapa ibu tidak melakukan itu untuk ku?, lalu aku berfikir mungkin bukan karena aku nakal. Aku kembali mencari penjelasan yang masuk akal, mungkin karena aku bodoh, tapi aku tidak bodoh, nilai ku bagus anak- anak lain yang bahkan lebih bodoh diantar dan dijemput ibu mereka, kenapa aku tidak? Mungkin bukan bodoh, apa karena aku malas? Aku selalu membersihkan rumah, aku selalu merawat ira adik ku dan memasak makanan agar bapak dan ira bisa makan, harusnya kami makan masakan ibu, sayang sekali bu.

Aku sebenernya kebingungan waktu aku harus sembunyi dibelakang pintu waktu ibu dan bapak saling berteriak, aku rasa suara mereka bahkan bisa didengar oleh tetangga- tetangga, tapi entah kenapa aku takut ketahuan waktu itu aku menahan napas dan dada ku rasanya sakit sekali. Aku ingat pertengkaran itu, waktu bapak pulang lalu dengan sengaja melempar gelas yang ada dimeja makan membuat ibu terkejut dan ira menangis. “ kamu selingkuh?” Tanya bapak pada ibu waktu itu, aku yang tadi tidak terkejut malah baru ikut terkejut. Waktu itu ibu berdalih lalu mereka adu mulut, lalu mata bapak memerah dan dia menampar dirinya “ kenapa?! Kenapa?! Kenapa?! Kenapa?!” Tanya bapak sambil menampar dirinya berulang- ulang membuat bibir berdarah. Aku ingin memeluk bapak cuma aku tetap diam dibalik pintu. “ jawab aku?!!!” Ibu yang tadi menunduk lalu menatap bapak sengit seolah ibumembenci bapak “ AKU CAPEK HIDUP MISKIN!” katanya dengan wajah memerah. Bapak berhenti memukul dirinya, dia menjatuhkan diri ke lantai membuat kaca di meja rias ibu jatuh dan melukai tangan nya.

Ira masih menangis, aku menaruh telunjuk ku di depan bibir mengisyaratkan agar ira berhenti menangis “ aku takut..” ringisnya “sini” aku berbisik lalu dia menghampiri ku dan ikut bersembunyi dibalik pintu, kami berpelukan. “Sayang sekali ra” gumam ku dalam hati. Aku lanjut mendengarkan pertengaran ibu dan bapak “ kalau gak karena dia kita gak bisa makan, anak mu gak bisa sekolah, kamu gak bisa merokok” kata ibu sambil mengambil koper diatas lemari, ibu mulai memasukan baju - bajunya ke dalam koper buru-buru, deru nafasnya cepat sekali. “ saya sudah gak tahan, saya mau cerai” katanya sambil menutup koper, lalu mendorong pintu kamar dan menemui aku dan ira yang ada disana, ibu menatap ku dan ira “ ibu..” panggil ku pelan, tangan ku menggandeng ira yang kembali menangis “ maafin ibu sayang” ibu mencium kami satu- satu lalu berjalan menjauh, sayang sekali ibu. Waktu itu yang dilakukan bapak cuma diam diposisinya dengan tangan dan wajahnya yang berdarah “ bapak..” aku dan ira mendekati bapak, demi tuhan untuk pertama kalinya aku melihat bapak menangis. Bapak memeluk kami, bapak tidak bicara apa- apa dia hanya menangis dan terus menangis aku dan ira ikut menangis , sayang sekali bu.

Semenjak hari itu kami bertiga berusaha melanjutkan hidup, hidup yang tidak sama dengan orang lain, hidup yang aneh, hidup yang menurut banyak orang menyedihkan. Bapak sempat murung selepas kejadian itu, tidak makan dan tidak bicara selama beberapa hari membuat aku dan ira kebingungan harus apa, bapak cuma memberikan kami uang dan bilang “ beli makan nak, makan yang banyak” sambil tersenyum nanar, wajahnya pucat sekali, kantung matanya hitam, dan rambutnya berantakan, seperti bukan bapak. Tapi untungnya itu tidak berjalan lama, selang seminggu dari kejadian itu bapak kembali hidup seperti biasa, atau lebih terpatnya mencoba hidup seperti biasa, bapak membuat sarapan untuk aku dan ira sebelum kami berangkat sekolah awal bapak belajar masak setiap masakannya terasa asin tapi kami tetap makan dengan lahap, bapak memberi ku uang untuk makan siang karena katanya mulai sekarang dia akan kerja sementara di proyek, malamnya kita tidur bertiga sambil nonton tv yang makin lama kualitas gambarnya makin jelek, aku menatap bapak “ aku sayang bapak” sayang yang ini beda makna dengan sayang ku untuk ibu, karena sayang punya dua makna.

Besok hari ibu, di sekolah anak- anak lain merayakan hari ibu, membuat teka- teki yang lama tidak aku pikirkan kembali muncul dikepala ku. Besok mereka semua bawa ibu, tapi aku sudah tidak lagi punya ibu. Sayang sekali bu. Aku pulang sekolah sambil menangis, waktu itu bapak sedang tidak kerja di proyek bapak kebingungan “kenapa nak?” Kata bapak “ besok hari ibu” bapak tersenyum sambil mengeluarkan permen dari kantong kemejanya yang lusuh “ terus kenapa kamu menangis?” Tanya bapak “ karena aku gak punya ibu kayak temen- temen” bapak ketawa “ tapi kan punya bapak” aku menggeleng “tapi bapak itu bapak, bapak bukan ibu” bapak membuka bungkus permen lalu memberikannya pada ku “ bapak bisa jadi banyak, bisa jadi bapak, bisa jadi ibu, bisa jadi kakek, bisa jadi nenek, bapak bisa jadi apa - apa saja untuk anak - anak bapak” aku semakin menangis, aku sayang bapak.

Bu, melihat orang lain membuat aku ingin sama dengan mereka, ingin punya hal- hal yang mereka punya, ingin bisa melakukan sesuatu yang mereka bisa lakukan dengan ibunya, ingin merasakan ‘sayang sekali’yang bukan seperti kalimat sayang ku untuk ibu, tapi bu mungkin tuhan memberi ku takdir yang lain, menjadi orang istimewa yang takdirnya berbeda dengan banyak orang. Sayang sekali bu. Tapi ternyata takdir ini tidak terlalu buruk, karena ada bapak dan ira, kami bertiga mungkin sebenarnya ibu yang kesepian karena harus sendirian, sayang sekali bu. Aku sayang ibu, namun sayang sekali bu.

Komentar