Cerpen "Sahabat Dalam Senja"

Sahabat Dalam Senja

Karya : Kelana - Sosiologi 2022

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah dan pepohonan hijau, hiduplah dua sahabat bernama Luna dan Sinta. Mereka telah bersahabat sejak kecil, menjalani setiap petualangan bersama. Luna adalah anak yang penuh semangat dan selalu ceria, sementara Sinta lebih tenang dan bijaksana. Meski sifat mereka berbeda, keduanya selalu saling melengkapi.

Setiap sore, setelah pulang sekolah, Luna dan Sinta selalu menghabiskan waktu bersama di sebuah bukit kecil yang menghadap ke hamparan sawah yang luas. Mereka duduk di bawah pohon besar yang rindang, berbicara tentang mimpi-mimpi mereka sambil menunggu matahari tenggelam di ufuk barat. Senja adalah waktu yang paling mereka tunggu-tunggu, karena di sanalah mereka merasa dunia milik mereka berdua.

Suatu hari, saat senja mulai merona di langit, Sinta berkata kepada Luna, “Aku ingin pergi ke kota untuk melanjutkan sekolah. Aku ingin belajar lebih banyak dan kembali ke desa ini untuk membangun sesuatu yang bisa membantu semua orang.” Luna terdiam. Ia tahu bahwa sahabatnya itu selalu memiliki mimpi besar, tetapi ia tidak pernah membayangkan bahwa Sinta akan pergi jauh darinya. “Aku akan merindukanmu, Sinta. Siapa yang akan menemani aku di sini nanti?”

Sinta tersenyum tipis, menatap mata Luna dengan penuh haru. “Aku juga akan merindukanmu, Luna. Tapi kita harus berani mengejar mimpi kita. Kita harus tumbuh, meskipun itu berarti kita harus berpisah untuk sementara waktu.”

Hari-hari setelah itu terasa berat bagi Luna. Ia merasa ada kekosongan yang tidak bisa diisi. Meskipun ia tetap bersekolah dan bermain dengan teman-teman lain, tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran Sinta. Namun, Luna tahu bahwa sahabatnya sedang berjuang keras di kota untuk mewujudkan impiannya.

Waktu berlalu, dan tahun berganti. Luna tetap di desa, membantu orang tuanya di sawah, sementara Sinta semakin jarang mengirim kabar. Namun, dalam hatinya, Luna selalu menjaga janji yang pernah mereka buat—untuk bertemu kembali di bawah pohon besar itu, saat senja datang.

Suatu hari, tanpa diduga, Sinta kembali ke desa. Ia tampak berbeda, lebih dewasa dan penuh percaya diri. Namun, senyum dan sorot mata yang dulu masih sama, hangat dan penuh kebahagiaan. Luna yang sedang bekerja di sawah, langsung berlari ke bukit saat mendengar kabar kembalinya Sinta.

Di bawah pohon besar yang menjadi saksi bisu persahabatan mereka, Sinta menunggu dengan senyum lebar. Luna langsung memeluknya erat, seolah tak ingin melepaskan sahabatnya lagi.

“Kau kembali, Sinta!” seru Luna dengan mata berbinar.

“Aku kembali, Luna. Dan aku membawa semua yang sudah kita impikan. Aku ingin kita membangun sesuatu bersama di desa ini, untuk orang-orang yang kita cintai,” jawab Sinta.

Sejak saat itu, mereka bekerja sama untuk membangun desa. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang didapat Sinta di kota, serta semangat pantang menyerah yang selalu dimiliki Luna, mereka berhasil membawa perubahan besar. Desa kecil mereka menjadi lebih maju dan sejahtera, tetapi satu hal yang tidak pernah berubah adalah persahabatan mereka.

Di setiap senja, saat matahari mulai tenggelam, Luna dan Sinta masih duduk bersama di bawah pohon besar itu, berbicara tentang mimpi-mimpi baru yang ingin mereka capai. Dan di sanalah, mereka menemukan kebahagiaan sejati—dalam persahabatan yang tak lekang oleh waktu.

Komentar