REVIEW FILM : The Great Indian Kitchen

 REVIEW FILM : The Great Indian Kitchen

Oleh Islakhul Amal (Sosiologi 2022)



    Film The Great Indian Kitchen yang mengisahkan tentang pasangan suami istri yang tinggal di sebuah tempat yang masih kental akan tradisi budaya yang dianut masyarakat sekitar, termasuk keluarga dari sang suami yang menormalisasikan bentuk patriarki yang cenderung merugikan pihak perempuan.

    Film ini disutradarai oleh Joe Baby dan dirilis pada 15 Januari 2021. Kisah ini berawal dari pernikahan sepasang suami istri yang masih kelihatan bahagia di awal menikah dengan memberikan kesan romantis pada satu sama lain. Pada suatu ketika kehidupan mereka sedikit berubah yang mana sang suami ternyata masih menerapkan budaya patriarki yang ada di masyarakat sekitar dan juga keluarganya. Terdapat scene yang menunjukkan patriarki tersebut ketika ayah dari sang suami yang selalu minta dilayani oleh ibunya seperti mengambilkan sikat gigi dan juga pasta giginya, mencuci baju, hingga tempat makan mereka pun dipisah dan menganggap perempuan layaknya seorang pembantu. Sang istri pun terkena imbasnya ketika ibu mertuanya sedang tinggal di rumah kakaknya yang akan melahirkan, si istri ini di rumahnya benar-benar diperlakukan layaknya pembantu baik itu oleh suaminya maupun ayah mertuanya. Awalnya sang istri masih sabar dalam menghadapi kelakuan mereka berdua yang bener-bener keterlaluan, di tengah cerita sang istri berusaha menasehati suami mengenai kelakuannya yang sangat patriarki dan merasa derajat laki-laki sangat tinggi, namun sang suami justru meledeknya. Kemudian ketika berkali-kali dinasehati tidak mempan si istri sudah berada di tahap lelah untuk menghadapi kebiasaan suami, hingga pada akhirnya istrinya memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut dan memilih untuk bercerai karena sudah tidak sanggup lagi untuk menghadapi keluarga yang patriarki.

    Film ini menggambarkan bagaimana perempuan harus menghadapi norma-norma patriarkis yang melekat dalam masyarakat serta bagaimana pembagian kerja rumah tangga yang tidak seimbang mengakibatkan ketidaksetaraan dalam kehidupan rumah tangga. ketidakadilan gender diantaranya:


1. Budaya Patriarki

Patriarki adalah sistem budaya di mana kehidupan diatur berdasarkan penguasaan oleh figur laki-laki atau "kebapakan". Istilah ini mengacu pada struktur masyarakat yang diorganisir menurut garis keturunan laki-laki tertua. Hal ini mencerminkan ciri-ciri khusus dari keluarga atau sekelompok keluarga manusia yang dipimpin, diatur, dan diperintah oleh para laki-laki atau figur laki-laki tertua (Zuhri & Amalia, 2022). Di film The Great Indian Kitchen juga digambarkan bahwasannya laki-laki sangat mendominasi dalam hal apapun itu khususnya dalam kehidupan rumah tangga.


2. Ketimpangan Pembagian Kerja Rumah Tangga

Pada bagian pembagian kerja juga terdapat ketimpangan, ketimpangan gender sering kali mempersempit opsi yang tersedia bagi perempuan, yang pada gilirannya menghambat kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam dan mendapatkan manfaat dari proses pembangunan. Ketimpangan gender juga menimbulkan beban terhadap produktivitas, efisiensi, dan kemajuan ekonomi (Amalia, 2017). Yang mana diperlihatkan dalam film The Great Indian Kitchen ketika sudah berumah tangga mereka tidak menerapkan pembagian kerja yang seimbang dan setara bagi istri maupun suami. Di film ini pembagian kerja yang didapatkan oleh sang istri itu sangatlah berat dan melelahkan mulai dari mengurus rumah, memasak, mencuci, serta melayani suami. Sedangkan sang suami hanya bekerja, main hp dan santai-santai saja tanpa memperhatikan istrinya yang kelelahan dalam mengurus pekerjaan rumahnya,belum lagi ayah mertuanya yang cuman duduk-duduk sambil baca koran dan melakukan ritual-ritual kuno. Pada film tersebut juga menggambarkan bahwa praktik tersebut dianggap normal oleh keluarga mereka dan telah menjadi kebiasaan, bahkan dilakukan secara rutin oleh ibu mertua yang membuat sang istri kaget akan kebiasaan tersebut. Suami sama sekali tidak ikut serta dalam pekerjaan domestik, bahkan saat istri mereka sedang mengalami menstruasi, di mana dalam budaya mereka perempuan tidak diizinkan melakukan pekerjaan rumah. Sebagai gantinya, para laki-laki memilih untuk meminta bantuan dari bibi mereka daripada terlibat langsung dalam tugas-tugas domestik.


3. Membatasi Kebebasan Perempuan

Di Film tersebut diperlihatkan bahwa kebebasan perempuan sangatlah dibatasi, baik dalam hal keputusan pribadi maupun dalam hal menjalani aspirasi mereka, selain itu mereka sering kali harus menahan diri dan mengikuti aturan dan norma-norma yang ditetapkan oleh budaya patriarkis yang dominan. Contohnya saja ketika sang istri ingin merintis karirnya sebagai guru tari di sebuah sekolah hal itu justru tidak diperbolehkan oleh suami, selain itu ketika perempuan sedang menstruasi juga dilarang untuk tidur di kasur, menyentuh suami, bahkan ketika suami jatuh dari motor sang istri langsung sigap membantunya akan tetapi suaminya malah memaki-maki sang istri.


      Ketidakadilan gender yang terjadi dalam film The Great Indian Kitchen merupakan hasil dari budaya patriarki yang telah menjadi bagian yang melekat dalam masyarakat sekitar dan juga dalam keluarga sang suami. Budaya patriarki memperkuat struktur yang memberikan dominasi dan kontrol kepada laki-laki, sementara membatasi kebebasan dan kesetaraan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Di dalam film, norma-norma patriarki ini tercermin dalam pembagian peran yang tradisional antara laki-laki dan perempuan, di mana perempuan diharapkan untuk melaksanakan tugas domestik tanpa banyak memiliki kebebasan atau hak untuk mengejar aspirasi pribadi mereka. Keluarga sang suami menjadi tempat di mana ketidakadilan gender termanifestasikan, dengan perempuan harus tunduk pada kendali laki-laki dan terbatas dalam kesempatan untuk menentukan nasib mereka sendiri. Hal ini mencerminkan bagaimana budaya patriarki dapat mempengaruhi hubungan dan dinamika dalam sebuah keluarga, menciptakan ketidaksetaraan yang merugikan bagi perempuan. Dalam film The Great indian Kitchen memperlihatkan bahwa peran yang dilakukan oleh tokoh film tersebut menganggap perempuan itu tidak boleh melakukan banyak hal di luar pekerjaan domestiknya, hal ini merenggut kebebasan perempuan baik itu istrinya maupun ibu mertuanya. Selain itu laki-laki dalam film tersebut menganggap bahwa perempuan itu derajatnya tidak lebih tinggi dari laki-laki, contohnya terdapat doktrin yang dilakukan oleh sang suami terhadap anak-anak muridnya bahwasannya perempuan itu tugasnya cuman dirumah layaknya pembantu. 


Komentar