Cerpen: Inner Beauty


Suatu ketika Sarah sedang berada di kamar dan memandangi dirinya di depan cermin. Lalu matanya menatap poster Britney Spears yang sedang tertawa. 

“Kok aku gendut ya, Aku harus bisa! Aku ngga mau punya badan seperti ini selamanya. Aku mau kurus!,”  teriaknya.

“Rah…! Sarah! Kamu kenapa?” Seru mamanya dari luar kamar dan mengetuk pintu.

Sarah yang awalnya sedang menangis lalu tersadar, rupanya mamanya mendengar teriakannya. Buru-buru mamanya menghampiri pintu kamar dan membukanya. 

“Oh, enggak ada apa-apa kok, Ma. Sarah cuma lagi latihan baca naskah drama buat pentas seni di sekolah,” katanya.

“Oh ya, kapan pentasnya? Wah, Mama boleh nonton saat kamu pentas, dong!” kata mamanya sambil bersemangat. 

Sarah kebingungan. Dia tidak menyangka alasannya tadi justru menjadi bumerang bagi dirinya.

“Sarah juga enggak tahu kok, Ma. Acaranya enggak jelas hehe,” jawabnya pendek sambil mengangkat bahu.

“Lho gimana sih! Tadi kamu bilang mau pentas seni, masa enggak jelas jadwal rencana pentasnya?” 

“Ya, itu kan baru rencana, Ma. Sarah latihan baca naskah hanya untuk persiapan kalau ada pentas seni di sekolah aja kok,” timpal Sarah.

“Oh jadi baru rencana. Kirain Mama sudah mau dipentaskan.” kata Mamanya.

“Ya sudah, kamu makan dulu sana! Tadi Mama masak sayur lodeh plus ikan mas goreng kesukaanmu.”

Sarah melongo mendengar kata-kata terakhir mamanya. Nyam…. terbayang lezatnya sayur lodeh dan ikan mas goreng buatan mama. Tetapi…

“Enggak, ah, Ma. Sarah masih kenyang.” katanya penuh beban hati.

“Tapi ini sayur lodeh ikan mas, loh.” bujuk mamanya. 

“Teman kamu saja menyukainya waktu dia main ke rumah. Sampai makanannya nambah. Hmmm… siapa yaa namanya…”

“Aduhh Mama, please deh… jangan sebut-sebut nama itu lagi.” kata Sarah dalam hati. “Ya, Sarah memang pingin diet, pengen punya body kayak…”

“Sandra!” ucap mamanya. “Benar, kan, namanya Sandra?”

“Kalau iya, terus kenapa dengan dia?” tanya Sarah agak kesal.

“Ya, dia sih enggak apa-apa. Mama, kan, cuma bilang kalau temenmu saja suka masakan Mama, masa sih kamu enggak.”

“Bukan itu masalahnya, Ma,” ucap Sarah merasa namanya telah salah mengerti maksud Sarah.

“Sarah enggak mau makan, bukan berarti enggak suka sama masakan Mama. Tapi…. sekarang Sarah lagi diet, Ma.”

“Haa... Diet?” tanya mamanya tidak percaya.

“Sarah mau menurunkan berat badan, Ma. Sarah mau kurus seperti Sandra!”

Mamanya diam sejenak mendengar alasan putrinya itu. 

“Tapi, buat apa kamu diet, sampai menyiksa diri seperti itu, Rah? Kamu, kan, sudah sehat dan cantik, kurang apa lagi?”

“Sarah enggak kurang apa-apa, Ma. Sarah justru punya banyak kelebihan, terutama berat badan.” jawab Sarah dengan nada sesal. 

Mendengar perkataan putri kesayangannya itu, mamanya langsung memeluk Sarah.

“Sayang... kamu tak pernah kurang di mata mama kok,” ucapnya membesarkan hati Sarah. 

“Tapi, Sarah mau kurus, Ma. Biar kalau jalan berdua sama Sandra tidak seperti angka sepuluh.”

“Ya sudah, terserah kamu saja. Tapi ingat, ya, jangan sampai diet itu membuatmu sakit!” ucap Mama nya dengan tegas.

Sarah tersenyum. “Diet Sarah ini pakai aturan, kok, Ma.”

“Oh ya, Mama mau bilang sama kamu, nak. Sekarang kamu sedang menginjak masa-masa dewasa. Nak, Mama ingin berpesan sama kamu.” 

“Pesan apa, Ma?” jawab Sarah dengan perasaan ingin tahu.

“Begini, Nak. Sarah memang cantik, tetapi lebih cantik lagi kalau kamu memakai hijab.”

“Tapi… Ma.”

“Kamu harus tahu, pada hakikatnya kesucian perempuan terletak pada dirinya sendiri. Sebenarnya banyak alasan mengapa wanita muslim harus berjilbab, karena berjilbab itu sendiri merupakan identitas utama untuk dikenal sebagai wanita muslimah. Dengan berjilbab, kamu akan merasa aman dan jauh dari gangguan.” Pesan Mamanya.

“Ma, tapi kalau Sarah pakai hijab, badan Sarah kelihatan tambah besar.” ucap Sarah dengan ekspresi sedih dan ragu.

Seketika Mamanya menatap mata Sarah dengan penuh perhatian,

“Kata siapa? Sebenarnya memakai hijab untuk wanita itu hukumnya wajib, Nak. Jangan berpikiran kalau kamu memakai hijab, kamu akan terlihat tambah gemuk, jangan. Justru seorang muslimah tidak dilihat dari fisiknya, kurus atau gemuk, tapi dilihat dari kecerdasan, karya, kebaikan hati dan agamanya. Memang tidak sepantasnya wanita dinilai dari cantik dan tidaknya seseorang. Cantik yang sesungguhnya dilihat dari hati yang baik, ikhlas, bertindak dan berpikir yang baik juga. Nak, jadi mama ingin mulai dari sekarang dan seterusnya kamu mulai berjilbab yaa…” 

“Emmm…. Baiklah! Ma. Sarah akan menuruti pesan Mama untuk mulai memakai hijab, Terima kasih ya, Ma, sudah memberikan nasihat yang terbaik untuk Sarah!” Ucap Sarah sambil memeluk Mamanya.

“Iyaa, Nak, sama-sama. Mama juga senang punya anak seperti kamu.”

“Ehehehe… Mama bisa saja.” Ucap Sarah sambil tersenyum.

 

Keesokan harinya…….

Bel berbunyi, tanda awal pembelajaran dimulai.

“Sarah! Ini beneran kamu?” ucap Sandra dengan kaget.

“Iyaa dong ini beneran aku, emang kenapa dengan pakaian aku memakai hijab seperti ini?” sahut Sarah.

“Ya, ngga apa-apa. Beda aja gitu, ngga kaya biasanya. Nah, gitu dong. Jadi makin cantik kalau kamu memakai hijab,” ucap Sandra dengan perasaan senang karena sahabatnya, Sarah sudah mulai memakai hijab.

“Hehehe… Alhamdulillah, kaya gini kan juga berkat ajakanmu buat memakai hijab, Dra,” ucap Sarah.

“Iyaa iyaa… Alhamdulillah.”

Setelah pembelajaran jam ke 2 selesai, bel pun berbunyi tanda waktu untuk istirahat telah tiba

“Sarah, kita ke kantik yuk! Aku lapar nih.” ucap Sandra.

“Aku temenin kamu saja ya, aku lagi enggak mau jajan dulu.”

“Okay, deh.”

 

Sesampainya di Kantin, mereka menempatkan diri untuk duduk sambil ngobrol.

“Aku pesan makan dulu ya. Eh kamu beneran enggak sekalian aku pesan makan buat kamu?”

“Iyaa, Sandra beneran.”

“Yaa, sudah, aku pesan makan dulu yaa.”

Setelah si Sandra sudah memesan makanan, dia melihat Sarah sedang sedih, seperti sedang banyak pikiran.

“Ehh… Rah, kok kamu kelihatan seperti banyak pikiran? kenapa enggak pesan makan? Atau hari ini kamu lagi puasa?”

“Enggak-enggak, kok, San.” Jawab Sarah.

“Terus kenapa enggak ikut pesan makan?”

“Emm… jadi gini San, sebenarnya aku lagi diet, aku pingin kurus kaya kamu Sandra.” ucap Sarah.

What? Serius kamu lagi diet?” ucap Sandra dengan nada tertawa.

“Kenapa kamu tertawa, San?”

“Yaa… aku ketawa karena kamu lucu, omonganmu yang membuat aku tertawa. Kamu ingin kurus? Aku saja yang kurus, pingin gemuk.”

“Eh, ngomong-ngomong, si Han suka padaku, lho,” kata Sandra.

“Aku juga tahu, kalau Han suka sama cewek kurus seperti kamu,” sahut Sarah.

“Kok, kamu ngomong begitu sih?” kata Sandra dengan nada kurang suka.

“Aku cuma bicara tentang kenyataan. Semua anak cowok pasti akan suka dengan cewek sepertimu. Tinggi semampai dan cantik,” tegas Sarah.

“Kamu juga cantik, Sarah!” kata Sandra.

“Tapi, aku gendut.”

“Kamu enggak gendut, kok.”

“Lalu apa namanya ini?” bantah Sarah sambil memegang perut dan pinggangnya.

“Itu bisa kamu atasi kok, Rah.”

“Tapi, San, aku malu dengan body ku yang gemuk ini.” ucap Sarah dengan perasaan sedih.

“Udah, udah, enggak usah sedih. Seharusnya kamu bersyukur lho Rah! Dikasih badan yang sehat, cantik, dan aku bangga sama kamu karena kamu orangnya baik banget sama aku, Rah.” ucap Sandra dengan terus memuji.

“Sebenarnya, orang menganggap diriku baik karena Allah sedang menutupi segala aibku,” sahut Sarah.

“Masya Allah … ini nih, yang namanya Inner Beauty. Cantik luar dalem, Rah!” ucap Sandra.

“Masya Allah, Alhamdulillah … Sandra juga cantik luar dalem, kok.”

“Ehhh ... Sarah udah jago gombal yaa ahahaha.”

“Ih apaan si San, enggak-enggak” ucap Sarah dengan senyum.

 

Satu bulan kemudian.

“Kamu, sih, nggak mendengar apa kata Mama!” ucap mamanya saat menemani Sarah dirumah sakit.

“Sudah,dong, Ma. Sarah masih lemas, nih,” ucap Sarah yang terbaring lemah dengan selang infus menancap di pergelangan tangannya.

“Gimana enggak lemas, kamu ini pingsan mendadak karena kurang gizi, tahu ngga?” ucap mamanya agak sewot.

Sarah diam seketika.

“Kamu diet diluar ketentuan, Rah,” tegas mamanya.

“Sarah cuma pingin cepat kurus, Ma!”

Mamanya lantas tersenyum.

“Kamu tahu, sayang?” ucap mamanya, “Kadang orang lebih suka melihat kelebihan orang lain, daripada keunikan yang ada pada dirinya sendiri.”

“Maksud, Mama?”

“Kurus itu tak bisa dipaksakan. Kamu dapat melakukannya secara bertahap. Lagi pula, kecantikan tidak melulu dilihat dari luar semata, tapi dari dalam.”

“Maksud Mama, Inner Beauty?”

“Nah, kamu sudah paham. Kenapa masih tidak percaya?”

“Tapi, banyak anak cowok lebih suka melihat cewek kurus, Ma,” keluh Sarah.

“Tidak semuanya…!”

Sarah dan Mamanya terkejut dengan suara yang datang dari balik pintu, yang tiba-tiba terbuka. Han dan Sandra masuk. Sarah melongo.

Han mendekati Sarah. “Tidak semua cowok melihat cewek dari fisiknya semata,” kata Han lagi.

“Justru aku menghargai cewek yang berani tampil apa adanya,” Tambahnya.

Sarah tergagap. Dia menoleh pada mamanya dan Sandra yang tersenyum. 

Sarah kembali menatap Han sambil mengembangkan senyumnya yang paling manis. Han pun membalas dengan kedipan mata. Seketika Sarah tersadar akan dirinya yang mempunyai banyak kelebihan, bukan karena kelebihan lemak, namun disamping itu dia mempunyai kelebihan yaitu Inner Beauty.


*) Penulis adalah mahasiswi Sosiologi FISIP Unsoed tahun angkatan 2022.

----------

KBMS 2022

Pengembangan Intelektual

Kabinet Meranika Antara

Komentar