Review Film: Hotel Mumbai (2019)

  

Hotel Mumbai yang dirilis pada 6 April 2019 menceritakan kisah nyata aksi teror yang terjadi di Taj Mahal Hotel Palace India pada tahun 2008 silam. Hotel Mumbai menampilkan kejadian teror melalui sudut pandang staff dan pengunjung hotel pada tanggal 26 hingga 29 November 2008 meskipun dalam film tersebut peristiwa hanya terjadi satu hari satu malam. Peristiwa teror yang terjadi di Taj Mahal Hotel mengakibatkan korban jiwa kurang lebih 164 orang meninggal dunia dan lebih dari 300 orang luka-luka; selain itu peristiwa terorisme yang diprakarsai oleh Laskar E-Taiba yang dipimpin oleh “The Bull” tidak hanya terjadi di satu titik saja, melainkan di beberapa titik yang menjadi pusat keramaian turis asing khususnya turis Amerika dan Inggris. Oleh karena itu Taj Mahal Hotel Palace dipilih menjadi salah satu titik aksi terorisme Laskar E-Taiba karena Taj Mahal Hotel Palace ramai dikunjungi oleh turis asing; terlebih lagi saat itu hotel memiliki reservasi VIP dari David dan Zahra yang merupakan turis asing.

SINOPSIS/ALUR CERITA

Film Hotel Mumbai menampilkan seorang pelayan hotel bernama Arjun yang saat itu baru mendapatkan pekerjaan di Taj Mahal Hotel. Arjun merupakan seorang ayah dari satu anak perempuan yang tinggal di pemukiman padat penduduk Kota Mumbai India. Pada saat itu seluruh karyawan dan staff hotel dibuat tegang karena kedatangan tamu VIP yaitu David, Zahra, Cameron (anak David dan Zahra), serta Sally (pengasuh Cameron). Arjun sebagai staff baru harus bekerja sekeras mungkin agar dirinya bisa menafkahi istri dan anaknya; namun saat itu sepatu Arjun tertinggal sehingga membuat Oberoi (Kepala koki Taj Hotel) marah, karena tanpa atribut lengkap akan membuat tamu merasa tidak nyaman, sesuai dengan yang sering dikatakan oleh Oberoi pada anak buahnya bahwa “tamu adalah tuhan”. Meskipun begitu Oberoi masih memberikan kesempatan pada Arjun dengan memberikan sepatu cadangan. 

Taj Hotel sore itu sedang disibukkan dengan berbagai persiapan untuk tamu penting; di sisi lain sekelompok teroris sedang disibukkan oleh target aksi terorisme yang diperintahkan oleh “The Bull” yaitu di Rail Terminus (stasiun kereta api), Leopold Café, dan Taj Mahal Hotel. Bukan tanpa alasan para teroris melakukan penembakan secara membabi buta di tiga titik tersebut, sebab tujuan mereka melakukan aksi terorisme tersebut adalah mengincar turis asing khususnya turis Amerika dan Inggris yang mana tiga tempat tersebut sedang ramai dikunjungi oleh turis asing.

Setelah melakukan penembakan di Leopold Café para kelompok teroris menyamar seperti kerumunan yang sedang berlarian dan panik; dengan cara tersebut beberapa kelompok teroris dapat memasuki Taj Mahal Hotel Palace. Cara mereka berpakaian dan ekspresi yang meyakinkan membuat staff dan karyawan hotel tidak curiga bahkan mereka (kelompok teroris) dibiarkan masuk untuk berlindung; nahas selang beberapa menit saja kelompok teroris yang berhasik memasuki Taj Mahal Hotel melakukan aksi penembakan di lobby hotel sehingga membuat korban jiwa berjatuhan.

Staff dan pengunjung hotel yang panik berlarian masuk ke kamar masing-masing dan bersembunyi di restoran hotel; kelompok teroris yang tidak mengetahui denah hotel tersebut akhirnya menyisir kamar hotel satu persatu dengan kedok sebagai pelayan hotel yang ingin memberikan pelayanan kamar, jika pintu tidak dibuka mereka akan menembak secara paksa pintu hotel dan membunuh siapapun yang berada di dalam kamar tersebut. Berbeda halnya dengan yang terjadi di dalam restoran hotel yang letaknya cukup terpencil, staff dan pengunjung berusaha untuk menghubungi pihak kepolisian dan bala bantuan namun kabel telepon sudah diputus oleh para teroris sehingga mereka hanya bisa menunggu dan menunggu.

Pengunjung hotel yang merasa geram akhirnya memaksa staff dan karyawan hotel untuk membuka pintu restoran dan mulai pergi dari tempat tersebut karena menurut mereka lebih baik mati saat melarikan diri dari pada mati menunggu sesuatu yang tidak pasti. Terlebih khusus David dan Zahra yang terpisah dengan Cameron dan Sally. David memaksa pergi untuk menjemput Sally dan Cameron ke lantai atas sedangkan Zahra menunggu di bawah bersama staff dan pengunjung hotel lainnya. Waktu terus bergulir dan akhirnya kelompok teroris menemukan lokasi restoran hotel berada, staff dan pengunjung hotel yang panik berlarian kesana-kemari; namun dengan sigap Oberoi memandu pengunjung untuk menuju tempat tersembunyi lainnya di hotel sedangkan Arjun memandu beberapa polisi lokal untuk menuju kantor CCTV.

Waktu demi waktu terlewati, akhirnya posisi teroris diketahui oleh polisi yang masuk ke dalam gedung hotel, sempat terjadi baku tembak antara teroris dengan polisi namun polisi kalah jumlah dan persenjataan sehingga mereka (polisi) terpaksa mundur dan kabur. Berbeda nasib dengan polisi yang mampu melarikan diri, David tertangkap oleh teroris dan disandra dalam ruang kamar bersama turis asing lainnya untuk dibunuh keesokan hari. Situasi semakin tegang ketika tidak aka nada bala bantuan datang dengan cepat karena pasukan keamanan baru saja dikirim dari New Delhi sehingga butuh waktu yang cukup lama menunggu kedatangan pasukan tersebut.

Beberapa pengunjung yang didampingi oleh Oberoi berhasil melarikan diri namun Zahra dan Vasili (mantan agen Rusia) tertangkap dan dikumpulkan dalam satu kamar yang sama dengan David. Sementara itu Arjun masih berusaha membantu Oberoi untuk menenangkan pengunjung dan mencari jalan keluar yang aman. Hari mulai pagi dan pasukan keamanan yang dikirim dari New Delhi pun datang, kelompok teroris sudah memulai aksinya dengan membakar penjuru gedung dan mulai membunuh turis asing yang telah disandra. Zahra yang hanya tersisa seorang diri dengan pasrah melantunkan bacaan-bacaan suci yang kemudian membuat teroris tersebut mengurungkan niatnya untuk membunuh Zahra karena mengetahui bahwa Zahra adalah orang Islam meskipun “The Bull” sudah memerintahkan utnuk tetap dibunuh.

Pasukan keamanan datang dan beberapa pengunjung dan staff hotel selamat termasuk Oberoi, Arjun, Zahra, Sally, dan Cameron. Kelompok teroris yang sudah terpojok dan tidak bisa melakukan apa-apa masih tetap memberikan perlawanan dengan meyakinkan diri mereka bahwa hal tersbut merupakan jalan jihad. Akhirnya seluruh kelompok teroris yang berada di dalam gedung tersebut terbunuh oleh peluru panas yang ditembakkan oleh pasukan keamanan tersebut dan proses evakuasi pun segera berlangsung.

PEMERAN/AKTOR

1. Arjun                        : Dev Patel
2. Hemant Oberoi        : Anupam Kher
3. David                       : Armie Hammer
4. Zahra                       : Nazanin Boniadi
5. Sally                        : Tilda Cobham
6. Vasili                       : Jason Isaac
7. Abdullah (teroris)   : Suhail Nayyar
8. Imran teroris)          : Amandeep Singh
9. Ajmal (teroris)        : Kapil Kumar Netra
10. Houssam (teroris) : Manoj Mehra

PENDAPAT PENULIS

Film Hotel Mumbai yang menceritakan kisah nyata tentang peristiwa atau kejadian terorisme yang terjadi pada bulan November 2008 silam memberikan gambaran bahwa konflik yang paling menimbulkan kerugian besar adalah konflik ideologi dan idealisme. Walaupun peristiwa ini sudah berlalu kurang lebih 13 tahun tetap saja masih meninggalkan luka yang mendalam terlebih khusus bagi keluarga dan kerabat korban. Selain itu film ini menyajikan gambaran peristiwa yang sangat hidup berkat pemeran dari setiap pemain yang apik dan ekspresif. Suasana, latar, dan sudut pengambilan gambar yang baik membuat kesan dramatis film ini semakin terasa dan membuat penonton seakan-akan terbawa ke dalam film. 

Terlepas dari itu semua kita dapat mengambil pesan bahwa kita harus berhati-hati dalam mempelajari suatu hal terutama yang menyangkut keyakinan dan kepercayaan; terlihat dari para kelompok teroris yang terbilang masih cukup muda sehingga dengan mudah mampu dimanipulasi. Kasus terorisme seperti ini bukan menjadi tanggung jawab negara saja melainkan menjadi tanggung jawa seluruh masyarakat untuk tetap manjaga kamanan dan kestabilan dalam masyarakat. Secara garis besar film ini sudah memberikan banyak pelajaran berarti mengenai pentingnya ilmu dan agama, bukan hanya ilmu saja, dan bukan agama saja; keduanya harus berdampingan sehingga hidup manusia memiliki arah dan pedoman yang baik. Salah satu contohnya seperti yang Zahra katakan pada ibunya “untuk apa aku berdoa”, namun ketika Zahra melantunkan ayat-ayat suci dirinya tidak jadi dibunuh oleh Imran. Hal tersebut menjadi bukti bahwa ilmu dan agama harus berdampingan.

Film Hotel Mumbai sangat direkomendasikan bagi penikmat film thriller dan aksi karena suasana yang disajikan sangat membangun rasa tegang dan merinding. Selain itu cerita asli dari peristiwa terorisme yang terjadi di Taj Mahal Hotel Palace yang kemudian diangkat menjadi film Hotel Mumbai tidak banyak diubah dan masih dalam satu benang merah yang sama; sehingga kesan nyata dan orisinal cerita film dapat sangat dirasakan oleh penonton.

*) Penulis merupakan mahasiswa Sosiologi FISIP Unsoed tahun angkatan 2019

Komentar