Teknologi, Drama Korea, dan Masyarakat Satu Dimensi

Sumber ilustrasi: flickr.com

Kini dunia berada pada era globalisasi. Globalisasi memiliki dimensi ideologi dan teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas. Dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia. Globalisasi sendiri merupakan perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya kebudayaan. Kebudayaan secara umum merupakan suatu rangkaian kepercayaan, nilai-nilai, dan gaya hidup dari suatu masyarakat tertentu di dalam eksistensi kehidupan sehari-hari, maka dewasa ini di dalam era globalisasi mulai muncul apa yang disebut sebagai kebudayaan global (Arief, 2011: 1). Melalui globalisasi inilah muncul gaya hidup baru masyarakat modern Indonesia, salah satunya yaitu gaya hidup yang mendorong perilaku konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini masuk ke Indonesia melalui kecanggihan teknologi.

Kecanggihan teknologi ini telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. AI pertama kali dicetuskan oleh John McCarthy, seorang ilmuwan komputer Amerika di tahun 1956 di The Dartmouth Conference. AI dapat melakukan berbagai tugas seperti mengidentifikasi pola dalam data lebih efisien daripada manusia, memungkinkan peluang untuk mendapatkan wawasan lebih banyak dari data tersebut (gdilab.com, 2019). 

AI ini dapat kita jumpai di berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari contohnya melalui media sosial, media streaming digital, marketplace, dan lain-lain yang kemudian akan memberikan kita rekomendasi atas jenis konten yang kita tonton sebelumnya sehingga kita akan semakin sering dan semakin mudah menemukan konten atau hal-hal dengan jenis serupa seperti yang telah kita cari sebelumnya.  Melalui kecanggihan teknologi di berbagai media yang kita gunakan sehari-harilah akhirnya globalisasi muncul dan menyebabkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan yang salah satunya merupakan gaya hidup akibat dari intensitas melihat hal-hal serupa yang semakin tinggi berkat rekomendasi dari kecerdasan buatan.

Melalui media streaming digital seperti Netflix, Iflix, dan Viu kita bisa menonton film atau drama luar negeri dan salah satunya yaitu dari Korea Selatan. Melalui drama atau film Korea yang memang sedang banyak digandrungi membuat masyarakat modern Indonesia pun melihat dan akhirnya banyak yang mengikuti gaya hidup yang ditampilkan dalam drama atau film Korea mulai dari makanan, gaya berpakaian, perawatan wajah dan tubuh, bahkan bahasa Korea yang diselipkan dalam komunikasi sehari-hari oleh masyarakat tertentu yang memang sangat menyukai hal-hal yang demikian. Masuknya budaya dan gaya hidup Korea dalam kehidupan masyarakat modern Indonesia mengakibatkan perubahan perilaku masyarakat yang menjadi konsumtif.

Perilaku konsumtif merupakan perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dibanding kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas. Konsumtivisme adalah suatu paham yang memprioritaskan keinginan untuk memiliki barang (dan jasa) daripada kebutuhan sehingga ada dimensi boros dalam paham ini (Gultom, 2019). Masyarakat menjadi semakin konsumtif ketika tertarik terhadap drama, film, maupun kebudayaan dari Korea karena muncul keinginan untuk mengikuti gaya hidup seperti yang ada di drama Korea dan akhirnya membeli barang-barang atau produk-produk yang mirip bahkan sama persis seperti yang ada dalam drama korea seperti pakaian dan produk perawatan wajah dan tubuh yang digunakan oleh para aktor meskipun harganya mahal. 

Para penggemar hal-hal yang berbau Korea ini akan membeli barang apa pun yang baru atau yang muncul dalam drama karena merasa bahwa dirinya tertarik dan ingin membeli barang tersebut, padahal mereka tidak membutuhkan barang atau produk tersebut. Contohnya pakaian aktris dalam beberapa drama korea yang menarik perhatian akhirnya orang tersebut merasa butuh untuk membeli pakaian tersebut, padahal sebenarnya orang tersebut tidak membutuhkan pakaian baru karena pakaian yang dia miliki masih layak dan masih bisa berfungsi dengan baik. Hal tersebut menandakan bahwa sebenarnya orang tersebut terjebak dalam kebutuhan palsu.

Kebutuhan palsu sendiri merupakan suatu keperluan yang dibebankan oleh aneka kepentingan sosial tertentu kepada semua individu dengan maksud menindas dan menggerogoti mereka (Marcuse, 1968: 4-5). Masyarakat modern banyak terjebak oleh kebutuhan palsu terhadap barang-barang yang ada dalam drama yang mereka tonton, padahal munculnya barang-barang yang sengaja disorot dalam drama tersebut merupakan salah satu bentuk strategi promosi atau iklan tersembunyi yang dilakukan oleh produsen atau pemilik usaha dalam memasarkan produknya. Pada akhirnya masyarakat yang menonton drama tersebut terjebak dalam kebutuhan palsu yang ditanamkan dalam kesadaran sehingga mereka merasa butuh terhadap barang tersebut dan membelinya dan akhirnya menjadikan masyarakat bersifat konsumtif.

Perilaku konsumtif tersebut didukung juga oleh kecanggihan teknologi melalui marketplace. Berbagai barang-barang dalam drama yang ditonton oleh masyarakat dapat ditemukan dengan mudah di berbagai marketplace sehingga masyarakat semakin mudah untuk membeli barang-barang kebutuhan palsu tersebut. Masyarakat yang terjebak dalam kebutuhan palsu ini menunjukan bahwa mereka juga terjebak dalam ketidakkritisan yang menjadikan mereka sebagi manusia satu dimensi.

Menurut Marcuse ketidakkritisan masyarakat modern merupakan ciri-ciri dari manusia yang berdimensi satu. Masyarakat modern disebut sebagai “Manusia Satu Dimensi” yang semua aspek kehidupan masyarakat hanya ditujukan pada satu tujuan saja, yaitu meningkatkan dan melangsungkan satu sistem yang telah berjalan (Darmaji, 2013). Masyarakat modern adalah manusia yang berdimensi satu karena menurut Marcuse masyarakat modern pasif dan reseptif, tidak kritis, dan tidak ada lagi yang menghendaki perubahan. Produksi materi yang melimpah terjadi pada masyarakat satu dimensi dan untuk mempertahankan keuntungan maka diciptakanlah jaringan ekonomi dengan manajemen yang rapi melalui manipulasi kebutuhan dan ekspansi  ekonomis ke negara-negara yang sedang berkembang sehingga merebaklah kebutuhan-kebutuhan semu yang bersifat artifisial (Sudarminta, 1982: 124). 

Kondisi ketika masyarakat tidak kritis dimanfaatkan oleh para kapitalis untuk menjebak mereka dalam kebutuhan palsu yang akan mencapai kepentingan mereka untuk menguasai perekonomian melalui teknologi canggih yang menarik bagi masyarakat modern dan kemudian digunakan untuk memasarkan produk-produk mereka. Masyarakat modern juga akan dengan mudah dan senang hati membeli produk-produk tersebut karena para kapitalis mengendalikan masyarakat dalam pola pikir satu dimensi dengan cara menawarkan beragam produk seraya memberi perlakuan (bagi konsumen) bak pangeran dan putri ayu lewat senyum ramah (Saeng, 2012: 257).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecanggihan teknologi sangat berpengaruh pada perubahan pola perilaku masyarakat. Melalui kecanggihan teknologi masyarakat dapat mengakses berbagai kebudayaan dengan mudah yang kemudian dapat memicu mereka untuk berperilaku konsumtif. Contohnya yaitu drama Korea yang memicu masyarakat modern terjebak dalam kebutuhan palsu dan ketidakkritisan dalam hidup sehingga dapat dengan mudah melakukan perilaku konsumtif dan menjadi bagian dari manusia satu dimensi. Oleh karena itu, ketidakkritisan ini harus segera disadari oleh masyarakat modern dan mengupayakan untuk bersikap kritis pada setiap kesempatan sehigga tidak terjebak menjadi bagian dari manusia satu dimensi. 


Referensi
Arief, Fikri. 2011. Globalisasi Pendidikan. https://www.kompasiana.com/akrie_style/5500dc29a333117c6f512447/globalisasi-pendidikan diakses pada 29 Juni 2021 di Cilacap.
Darmaji, Agus. 2013. Herbert Marcuse tentang Masyarakat Satu Dimensi. Ilmu Ushuluddin. (1):6. UIN Jakarta.
GDLAB.com. 2019.  Kecanggihan AI Yang Gak Kita Sadari Ada Di Kehidupan Kita Sehari-hari. https://www.gdilab.com/read/4829/kecanggihan-ai-yang-gak-kita-sadari-ada-di-kehidupan-kita-sehari-hari/ diakses pada 29 Juni 2021 di Cilacap.
Gultom, Andri Fransiskus. 2019.  KONSUMTIVISME MASYARAKAT SATU DIMENSI DALAM OPTIK HERBERT MARCUSE. Universitas Gadjah Mada.
Marcuse,   Herbert.   1968. One   Dimensional   Man:   Studies   in   The   Ideology   of Advanced Industrial Society. Boston: Beacon Press. 
Saeng, Valentinus CP. 2012. Herbert Marcuse, Perang Semesta Melawan Kapitalisme Global. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudarminta, J. 1982. Kritik Marcuse Terhadap Masyarakat Industri Modern, dalam Sastrapratedja (ed.) Manusia Multidimensional, Sebuah Renungan Filsafat. Jakarta: Gramedia.

*) Penulis merupakan mahasiswa Sosiologi FISIP Unsoed tahun angkatan 2019

Komentar