Hubungan kelompok Islam Aboge dengan kelompok Islam Muhammadiyah di Ajibarang



(Vitas Giri L, 2012)

Pendahuluan
Indonesia, satu dari sekian banyak negara di dunia yang memiliki keberagaman dalam berbagai hal, mulai dari kebudayaan, bahasa, hingga yang paling vital, yaitu agama. Terdapat lima agama yang telah diakui di Indonesia, salah satunya agama Islam.

Jika ditarik lebih jauh, agama Islam di Indonesia terpecah menjadi beberapa bagian organisasi Islam. Organisasi-organisasi tersebut menjalankan syari’at Islamnya dengan cara yang berbeda-beda, sesuai dengan apa yang diyakininya. Dari beberapa organisasi Islam yang ada, NU dan Muhammadiyah menduduki tempat teratas di Indonesia. Menurut Pengurus Koperasi MabadiKu PWNU Jawa Timur, M Qaderi, ST, MT, yang berasal dari hasil survey Ikatan Sarjana NU (ISNU)  Jawa Timur, jumlah pengikut NU yaitu sekitar 83 juta orang atau sekitar 32,72% (jika dibulatkan menjadi 33%) dari penduduk Indonesia, sedangkan Muhammadiyah berada di urutan kedua dengan kisaran presentase 19,3% dari total jumlah umat Islam di Indonesia, sisanya terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil organisasi Islam seperti Syi’ah, Ahmadiyah, dan sebagainya. 


Sebagai kelompok mayoritas, baik NU dan Muhammadiyah dengan kelompok Islam minoritas tidak pernah lepas dari konflik. Terlebih jika Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memutuskan bahwa beberapa dari kelompok Islam minoritas tersebut telah melanggar syari’at Islam. Masyarakat pun dengan mudahnya turut menuding kelompok Islam diluar keyakinan mereka sebagai kelompok agama yang sesat setelah mengetahui jumlah pengikut kelompok Islam minoritas yang sedikit, perilaku atau gaya hidup yang mencolok, serta cara beribadah yang tidak seperti apa yang mereka lakukan, hal tersebut pun menjadi pemicu konflik yang berujung pada tindak kekerasan. Ditambah lagi secara kuantitas kelompok-kelompok Islam minoritas jauh lebih sedikit, potensi untuk melenyapkan kelompok-kelompok Islam minoritas yang dianggap sesat pun semakin besar. 

Hingga saat ini, hubungan negatif tersebut masih berlanjut. Sudah banyak kasus kekerasan yang disebabkan perbedaan keyakinan antar kelompok Islam di Indonesia, seperti penggusuran rumah peribadatan secara paksa, tindak kekerasan terhadap keluarga kelompok Islam minoritas, dan masih banyak lagi. Namun, diantara semua konflik yang terjadi terdapat sebuah daerah yang dapat memberikan contoh lain terkait hubungan positif antara kelompok Islam mayoritas dengan kelompok Islam minoritas, yaitu antara kelompok Islam Aboge dengan Muhammadiyah di Desa Kracak, Ajibarang.

Aboge merupakan akronim dari Alip Rebo Wage, kelompok ini menjalani ajaran Islam yang dibawa oleh Raden Sayid Kuning secara turun temurun melalui pendekatan secara kultural kepada sesama penganut Aboge seperti pertemuan para penganut Aboge dan pendidikan sosial dalam keluarga. Aboge bukanlah aliran Islam, namun merupakan perhitungan kalender Jawa sejak zaman Walisongo yang berdasarkan pada masa peredaran windu, dimana menurut Aboge satu windu terdiri dari Tahun Alip, He, Jim awal, za, Dal, Ba, Wawu, dan Jim akhir. Sehingga, ketika Aboge merayakan hari besar umat Islam seperti Idul Fitri, mereka sering mendahului kelompok Islam lain seperti NU dam Muhammadiah karena perhitungan yang dipakai berbeda dengan kelompok Islam lain.

Hubungan Aboge dengan kelompok Islam mayoritas di Ajibarang yaitu Muhammadiyah cenderung bersifat positif. Tidak pernah terdengar konflik diantara kedua kelompok tersebut, meskipun jumlah pengikut Aboge hanya berkisar ratusan di Ajibarang.

Berbicara mengenai kelompok minoritas dan mayoritas dari dimensi agama, terutama agama islam di Indonesia yang akan dikaji dalam tulisan ini, kecenderungan yang ditemui kelompok mayoritas adalah mereka yang memiliki ajaran yang dianggap sesuai dengan syariat Islam seperti menjalankan rukun islam dan ruku iman, sedangkan kelompok islam sempalan yang memilki beberapa perbedaan karena adanya sinkretisme atau percampuran agama islam dengan kebudayaan lokal yang kemudian memunculkan suatu perpaduan diantara keduanya yang seringkali pepaduan tersebut  merubah beberapa ajaran agama yang yang telah disesuaikan dianggap sebagai minoritisasi. Selain itu, dalam islam juga telah berkembang berbagai macam aliran yang berbeda, seperti kelompok Ahmadiyah, Suni, Siah, LDII, Salamullah, yang semua aliran ini telah dilabeli “sesat” oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Konflik berbasis agama dengan mengikutsertakan jumlah penganut dan kekuasaan yang dimiliki telah banyak terjadi di Indonesia, bukan sekedar konflik lintas agama yang memang “umum” terjadi, namun internal sesama penganut agama itu sendiri. Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia, telah tebagi-bagi ke dalam berbagai golongan, yang masing-masing menganggap golongannya lebih benar dan unggul dari golongan lainnya. Hal ini lebih banyak memicu munculnya konflik dalam masyarakat, dibandingkan dengan konsensus untuk hidup damai. Berbagai macam kasus mulai dari konflik sederhana hinga konflik yang mengorbankan jiwa dapat ditelusuri. Pada Oktober 2012 terjadi perusakan masjid Ahmadiyah di Bandung, Jawa Barat oleh FPI, penyegelan masjid Ahmadiyah oleh pemerintah Kota Bekasi pada April 2013 yang menyebabkan 20 lebih jamaah Ahmadiyah harus mengungsi, di Lombok Barat sekitar 30 keluarga Ahmadiyah mengalami intimidasi, kekerasan dan pengusiran yang kemudian memaksa mereka hidup di pengungsian selama 7 tahun sejak 2006. Kemudian aksi penyerangan permukiman kaum Syiah di Desa Karanggayam, Sampang, Madura, pada 26 Agustus 2012 silam, awalnya dilatari konflik keluarga. Namun dalam perkembangannya, konflik ini bertumpang-tindih dengan persoalan politik, serta kesalahpahaman terkait keyakinan dan praktek keagamaan.Perbedaan memang selalu saja dapat memantik konflik dalam masyarakat, apalagi bila sudah menyangkut hal yang sangat sensitif seperti agama. Namun, selama perbedaan itu dapat disikapi dengan bijak, maka kelompok yang hidup berdampingan dengan ideologi yang berbeda tetap memiliki celah untuk hidup dengan damai. Tidak semua daerah juga aliran sempalan atau aliran minoritas selalu berselisih dengan aliran agama islam yang mayoritas, terdapat kerukunan dan saling menjaga batas-batas hal yang dijaga agar terhindar dari konflik contohnya aliran minoritas di Purwokerto seperti LDII dan Muhammadiyah atau NU mereka jarang terjadi konflik, Tetapi bukan berarti tidak ada kesan positif dari aliran sempalan ini. Sebagai contoh Jamaah Tabligh, dianggap menyebarkan kebiasaan baik, bahkan dinilai meningkatkan gairah keagamaan yang cenderung meredup akhir-akhir ini semisal sholat berjamaah. Karena itu, keberadaan aliran yang didirikan oleh Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi ini didukung. Bahkan, pengurus Muhammadiyah di Palembang menjadi anggota aliran yang berasal dari India ini karena didasari motif tersebut.  Di luar itu, beberapa dari warga masyarakat memilih sikap acuh tak acuh karena kehadiran semua aliran hampir-hampir tidak memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka.

Selain itu, kesepaakatan yang terjalin dalam masyarakt juga mampu mendorong terciptanya sebuah harmoni antarkelompok seperti yang terjadi di Ajibarang antara aliran Islam Aboge dengan kelompok Islam mayoritas yaitu Muhammadiyah yang cenderung bersifat positif.


Hubungan kelompok Islam Aboge dengan kelompok Islam Muhammadiyah di Ajibarang
Islam Aboge adalah aliran keagamaan yang mencampurkan antara unsur kebudayaan daerah dengan Islam, sehingga muncullah suatu tatanan yang sifatnya lentur terhadap adat serta tidak melanggar sesuai kaidah-kaidah Islam. Islam Aboge yang berada di kabupaten Banyumas menurut sesepuhnya merupakan ajaran yang dibawa dan disebarkan oleh Raden Sayid Kuning.Islam Aboge ditranformasikan kepada pemeluknya secara tradisional melalui pendidikan keluarga dan pertemuan para penganut Aboge. Di Kabupaten Banyumas penganut Aboge tersebar di sejumlah desa antara lain di desa Cibangkong, desa Kracak, desa Cikakak, dan desa Tambaknegara. Islam Aboge di Ajibarang cukup menutup diri menutup diri dari perkembangan dunia global sehingga informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan menjadi terhambat.

Islam aboge masih menggunakan kalender jawa sebagai pedoman untuk menentukan penetapan awal maupun akhir ramadhan. Tradisi-tradisi jawa juga masih dilakukan, seperti slametan ibu hamil, lahiran bayi, tahlilan, dan lain-lain. Sehingga keberadaan kesepuhan sangat digantungkan oleh masyarakat Islam Aboge. Tidak hanya itu, secara ibadah, Islam Aboge membiarkan orang-orang disekitarnya melaksanakan atau tidak sholat. Menurut sesepuhnya, “Jorna bae lah... sue-sue tulih gelem sembahyang”. Dalam pemahaman mereka jika mereka tidak melaksanakan sholat pun itu tidak menjadi masalah. 

Disekitar masyarakat Islam Aboge di Kecamatan Ajibarang adalah Muhammadiyah. Dimana ajarannya pun jauh berbeda dengan Islam Aboge. Muhammadiyah tidak memadupadankan islam dengan kebudayaan. Secara sosial hubungan kemasyarakatan komunitas Islam Aboge dengan anggota masyarakat lainnya adalah saling acuh dan berdiam satu sama lain. Tetap terjadi adanya beberapa konflik antara Islam Aboge dengan masyarakat di luar mereka, meskipun konflik hanya terjadi dalam skala kecil. Beberapa konflik internal pernah terjadi terutama konflik antara suami dan istri, kaitannya jika seorang laki-laki menikah dengan perempuan dari luar komunitasnya maka sang istri wajib untuk mengikuti komunitas ini sebagai mana suaminya. Sebaliknya jika seorang perempuan anggota komunitas Islam  Aboge menikah dengan laki-laki di luar komunitas maka sang istri secara otomatis keluar dari komunitas ini dengan mengikuti sang suami. Dalam hal ini sang istri akan mengikuti keislaman sebagaimana sang suami demikian pula dalam puasa ramadhan dan berhari raya.  

Kehidupan dua kelompok ini yang berdampingan sejauh ini belum memicu konflik besar dan berkepnajangan ha ini disebabkan dari pengikut Islam Aboge itu sendiri yang memang tidak banyak melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar dan tidak berusaha merebut dominasi dengan menyebarkan ajaran mereka secara luas dan terbuka kepada masyarakat sekitar. Selain itu, kelompok Islam Muhamadiyah juga tidak mencampuri urusan kelompok Islam Aboge dengan berusaha menjauhkan mereka dari ajaran nenek moyang yang telah dipegang sangat teguh tersebut.

Adanya konsensus dan saling pengertian yang terjalin antar dua kelompok tersebut telah membawa satu kondisi yang adem ayem dalam kehidupan beragama, meskipun tidak menutup kemungkinan suatu hari dapat terpantik percikan api yang memicu konflik antara kelompok tersebut. Karena memang konflik akan selalu menyelimuti segala aspek kehidupan manuusia baik kelompok atau individu, yang terpenting adalah menjaganya agar tidak mencuat menjadi kekerasan yang dapat merugikan banyak pihak.


Daftar Pustaka:
Abdurrahman. 2011. Islam Aboge: Harmoni Islam dan Tradisi Jawa. http://majelispenulis.blogspot.com/2011/08/islam-aboge-harmoni-islam-dan-tradisi.html. Diakses pada Kamis 23 Oktober 2014.
Affan, Heyder. 2013. Konflik Keluarga, Mahzab atau Politik? http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2013/08/130731_lapsus_syiah_sidoarjo_kilasbalik. Diakses pada Kamis 23 Oktober 2014.
BBC. 2013. Jemaah Ahmadiyah Bekasi Masih Bertahan di Masjid. http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/04/130410_segelmasjid_ahmadiyah. Diakses pada Jumat 24 Oktober 2014.
_______. 2012. Kaca Masjid Ahmadiyah Bandung Dirusak. http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/10/121026_ahmadiyah. Diakses pada Jumat 24 Oktober 2014.
Latiano, Galih. 2014. Dimensi Religiusitas dalam Tradisi Masyarakat Islam Aboge Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas: Studi Analisis Pendidikan Agama Islam. http://digilib.uinsuka.ac.id/11248/2/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta. Diakses pada Jumat 24 Oktober 2014.
Manshur, Ibnu. 2014. Jumlah Warga NU 83 Juta Jiwa di Indonesia, Benarkah? http://www.muslimedianews.com/2014/05/jumlah-warga-nu-83-juta-jiwa-di.html#ixzz3H0zX5Xef. Diakses pada Kamis, 23 Oktober 2014.
Purnomo, Sigit. 2013. Nasib Ahmadiyah, Terlantar di Negeri Sendiri. http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/08/130802_ahmadiyah_lombok. Diakses pada 24 Oktober 2014.
Suparjo. 2014. ABOGE. http://www.tabloidpamor.com/berita-89-aboge.html. Diakses pada Kamis, 23 Oktober 2014.

Warta. 2013. Dinamika Hubungan NU – Muhammadiyah. http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,379-lang,id-c,warta-t,Dinamika+Hubungan+NU+++Muhammadiyah-.phpx. Diakses pada Kamis, 23 Oktober 2014.

Komentar

  1. Jangan jadikan islam sebagai kedok identitas

    BalasHapus
  2. Jangan jadikan islam sebagai kedok identitas

    BalasHapus

Posting Komentar