Oleh
: Fachrurozi Hanafi (Sosiologi
2011)
Makanan adalah hak semua orang bukan hak
istimewa segelintir orang saja!
Terdapat cukup makanan untuk semua orang
dimana-mana!
Kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong!
Disaat kita lapar atau membutuhkan tempat
berteduh, kita punya hak untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cara
meminta, mengamen, atau menempati bangunan-bangunan kosong!
Kapitalisme menjadikan makanan sebagai sumber
keuntungan, bukan sebagai
kebutuhan pokok!
(Manifesto
Food Not Bombs)
Aneka
makanan telah tersaji diatas meja yang diletakkan di pinggir jalan. Di sekitarnya terlihat beberapa orang
sedang berbincang dan bermain musik, serta beberapa lainnya sibuk mengajak para
pejalan kaki untuk menikmati makanan yang mereka sajikan. Apa yang sedang
mereka lakukan? Pasar kaget? Warung makan “kaki lima”? Mungkin kamu salah,
karena mereka memberikan makanan tersebut secara cuma-cuma. Atau mungkin, itu
adalah demo masak yang diperagakan oleh chef ternama? Atau acara amal yang
dilakukan oleh seorang dermawan? Hmm….coba perhatikan lagi, terdapat spanduk
bertuliskan Food Not Bombs terpampang disana. Mungkin kamu
akan bertanya-tanya, apa itu Food
Not Bombs?
Food Not Bombs (atau disingkat FNB) adalah salah
satu gerakan yang dilakukan oleh kaum anarkis. Gerakan tersebut ditujukan untuk
membagikan makanan vegetarian secara cuma-cuma kepada setiap orang yang
membutuhkannya. Gerakan FNB ini pertama kali dimulai di Cambridge,
Massachusetts pada tahun 1980 oleh para aktivis anti nuklir yang resah akan
masalah perang dan hak asasi manusia. Sejak itu, FNB rutin membantu menyediakan
makanan kepada para demonstran dan juga membantu korban bencana alam. Pada tiga hari pertama
setelah bencana gempa bumi tahun 1989 di San Fransisco, Food Not Bombs adalah salah satu kelompok yang menyediakan makanan untuk para korban. FNB juga menjadi salah
satu kelompok pertama yang membantu menyediakan makanan kepada korban pasca
peristiwa 11 september di World
Trade Center. Mereka juga ikut membantu menyediakan makanan bagi korban tsunami
di Asia dan korban Badai Katrina. Para sukarelawan FNB menyebarluaskan kegiatan
mereka melalui internet dan berbagai media sosial lainnya. Kini, gerakan FNB
sudah meluas hingga ke berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia sendiri.
Para
sukarelawan FNB meyakini bahwa makanan adalah hak bagi setiap orang. Mereka
meyakini bahwa di dunia ini terdapat cukup makanan yang dapat dinikmati oleh
seluruh orang. Mereka menganggap, kasus kelaparan yang terjadi di berbagai
belahan dunia diakibatkan oleh kapitalisme
global, sehingga segelintir orang dapat memonopoli bahan makanan, tanah, dan
sumber daya alam lainnya. Monopoli ini akhirnya menjadikan sebagian
golongan akhirnya tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu makan. Atas dasar pemikiran inilah,
kaum anarkis melakukan gerakan perlawanan secara damai melalui food not bombs.
Selain mengkampanyekan penolakan
terhadap kapitalisme global, gerakan FNB juga mengkampanyekan isu perdamaian
dunia. Menurut para sukarelawan FNB, uang yang ditujukan untuk pendanaan perang
selama seminggu sebenarnya cukup untuk memberi makan seluruh orang yang ada di
dunia. Hanya saja, sekarang para elite pemerintahan internasional lebih
mementingkan peperangan dibandingkan makanan. Oleh karena itu, slogan “food not
bombs” sebenarnya merupakan
wujud penolakan mereka terhadap perang, yang mereka simbolkan dengan kata bombs.
FNB
juga mengkampanyekan tentang gaya hidup vegetarian. Menurut mereka, ini adalah
gaya hidup terbaik, karena selaras dengan alam. Kita tidak perlu membunuh
makhluk lain untuk bisa makan. Tumbuhan menyediakan makanan yang bisa terus
diperbaharui, dan makanan itu bisa kita nikmati tanpa perlu membunuh tumbuhan.
Untuk mengkampanyekan hal ini, mereka membagikan makanan yang mereka peroleh
tanpa membunuh makhluk hidup lain.
Semua
Tanpa Uang!!
FNB dilakukan dengan mengumpulkan
bahan-bahan makanan yang bisa kita temukan dimana saja. Semua makanan diperoleh
tanpa menggunakan uang. Biasanya para sukarelawan FNB pergi ke pasar untuk
meminta sayur-sayuran yang tidak layak dijual, lalu mereka mencuci ulang bahan
makanan tersebut hingga bersih. Terkadang mereka menanam sendiri sayur-sayuran
di pekarangan rumah mereka. Lalu, mereka mengolah makanan itu sendiri tanpa
uang! Perlengkapan masak dan kebutuhan lainnya bisa didapatkan dimana saja,
bahkan dari alat-alat pinjaman ataupun alat buatan sendiri. Setelah itu mereka
akan membuat semacam dapur umum di pinggir jalan. Mereka menyajikan makanannya
secara gratis! Semua orang dapat menikmatinya. Penyajian makanan biasanya
dilengkapi dengan music corner,
dimana setiap orang bisa memainkan musik bersama. Semua tanpa uang! Dalam
kegiatan FNB, biasanya dibagikan juga selebaran terkait isu perdamaian, isu
pangan, dan gaya hidup vegetarian. Semua tanpa uang! Oleh karena itu, FNB
bukanlah gerakan amal. FNB bukanlah gerakan seorang dermawan yang
membagi-bagikan kelebihan hartanya! FNB adalah gerakan kolektif dari sekumpulan
orang yang dengan sukarela bekerja mempropagandakan keyakinan mereka. FNB
adalah gerakan perlawanan yang ingin membuktikan bahwa makanan dapat kita
peroleh tanpa uang! FNB adalah gerakan otonom sekumpulan orang yang bertujuan
mendobrak kesadaran masyarakat akan dampak destruktif kapitalisme global! Semua
karena mereka percaya,
“Makanan
adalah hak semua orang bukan hak istimewa segelintir orang saja!”
Komentar
Posting Komentar