REVIEW BUKU
"Laut Bercerita"
Oleh: Ayaka
Review Buku
Judul: Laut Bercerita
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun terbit: 2017
Kota Terbit: Jakarta
Sinopsis:
Laut Bercerita Merupakan novel karya Leila S. Chudori yang mengisahkan tentang seorang mahasiswa yang bernama Biru Laut Wibisana, yang merupakan seorang aktivis orde baru ketika menjadi mahasiswa di Yogyakarta dan tergabung dalam organisasi pergerakan yang dinamakan Winatra. Ketika di organisasi tersebut Biru Laut bertemu dengan teman-teman baru seperti Sunu, Alex, Daniel, Kinan, Gusti, Naratama, dsb. Ketika bersama teman-temannya di organisasi Winatra Biru Laut sering mengikuti pergerakan seperti diskusi-diskusi bawah tanah dan pembacaan buku-buku terlarang, aksi-aksi protes jalanan, aksi simbolis seperti penanaman jagung di Blanggunan. Namun pada akhirnya Biru Laut dihilangkan dengan cara ditenggelamkan di laut setelah salah satu temannya yang bernama Gusti berkhianat dan melaporkan semua pergerakan aktivis Winatra kepada pemerintah.
Pada novel Laut Bercerita juga diceritakan point of view dari Asmara jati dan keluarga Biru laut dengan latar waktu setelah revolusi 98 berakhir, dimana Asmara Jati dan keluarga teman-teman Biru laut mencari bersama-sama dimana anak-anak mereka yang dihilangkan secara paksa dan menuntut pertanggungjawaban pemerintah. Pada bagian ini cerita difokuskan dimana seorang Asmara Jati kehilangan sosok kakak yang sangat menyayanginya, namun disisi lain dia harus tetap kuat agar orang tuanya tidak terlalu kepikiran nasib kakaknya itu.
Review:
Novel Laut Bercerita Karya Leila S. Chudori mengangkat persoalan tentang orde baru yang dibawah-bawah pemerintahan Soeharto yang pada saat itu kebebasan publik benar-benar sangat dibatasi. Leila S. Chudori menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca sehingga berhasil membuat pembaca hanyut dalam suasana dalam novel tersebut seperti bagaimana mencekamnya saat peristiwa Blanggunan, panasnya kamar penyekapan. Leila juga tidak hanya sekedar menulis tapi dia juga mencari dan menggali fakta dari para korban dan keluarga korban sehingga tulisannya sangat detail. Penggunaan detail-detail kecil seperti makanan yang disajikan di penjara, bau ruangan, hingga dialog-dialog yang terasa hidup semakin memperkuat nuansa realisme dalam cerita.
Laut Bercerita bukan hanya sekedar novel sejarah, namun sebuah peringatan keras. Leila mengingatkan bahwa sejarah tidak dapat diubah atau diputarbalikan, terdapat banyak sekali luka-luka dan trauma masa lalu dari para korban penindasan HAM pada orde baru yang sampai saat kini belum juga dituntaskan dan pemerintah seolah-olah menutup mata. Novel ini juga mengajak para pembaca untuk tidak tutup mata dan mulut terhadap ketidakadilan bagi korban penindasan HAM orde baru.
Pada bagian pertama pada novel Laut Bercerita menceritakan seorang bernama Biru Laut yang menjadi mahasiswa dan diculik bersama teman-temanya. Melalui suara Laut pembaca diajak untuk mengetahui bagaimana kerasnya hidup dibawah bayang-bayang dan tidak dapat hidup dengan bebas karena selalu dalam bayangan intel. Kita juga dapat merasakan bagaimana perjuangan teman-teman aktivis untuk mengubah sistem negara Indonesia, kehangatan pertemanan mereka, hingga kengerian penyiksaan dalam sel-sel yang tidak dikenali. Leila juga sangat detail dalam menggambarkan suasana mencekam, rasa takut, putus asa, namun tetap memiliki semangat untuk menentang rezim otoriter yaitu orde baru.
Pada bagian ke dua pada novel Laut Bercerita beralih ke sudut pandang Asmara Jati, adik dari Biru Laut. Melalui point of view Asmara Jati, pembaca diajak untuk mengetahui bagaimana perasaan keluarga dan orang tersayang yang ditinggalkan. Bagian ini sangat menguras emosi, dimana Asmara Jati dan keluarganya hidup dibawah bayang-bayang penantian tak berujung yang menyiksa. Pencarian juga dilakukan dengan berbagai cara. Pencarian dilakukan bukan hanya sekedar menemukan Laut, tetapi juga menemukan kebenaran, tentang kebenaran apa yang sebenarnya dialami. Leila dengan jeli menggambarkan dampak dari penculikan ini yang bukan hanya soal mental dan fisik melainkan juga trauma bagi keluarga korban, dan mengubah hidup mereka menjadi puing-puing kepedihan dan pertanyaan tanpa jawaban
Secara keseluruhan novel Laut Bercerita merupakan novel yang sangat bagus dan cocok untuk dibaca oleh siapa saja, terutama generasi muda yang tidak mengalami langsung periode kelam tersebut. Novel ini juga bukan hanya sekedar hiburan semata melainkan sebuah edukasi, dan refleksi bagi bangsa Indonesia, bahwa jangan pernah menutup mata terhadap sejarah pelanggaran HAM tahun 98. “Payung hitam akan terus-menerus berdiri di depan istana negara, jika bukan presiden yang kini menjabat yang memberi perhatian, mungkin yang berikutnya, atau yang berikutnya” (Laut Bercerita).
Komentar
Posting Komentar