Review Buku "Dunia Sophie (Bab Taman Firdaus Sampai Dengan Bab Helenisme)"

 Review Buku 

"Dunia Sophie (Bab Taman Firdaus Sampai Dengan Bab Helenisme)"


Identitas Buku

Judul Buku : Dunia Sophie

Nama Penulis : Gaader, Jostein (pengarang)

Rahma Astuti (penyunting)

Yuliani Liputo (penyunting)

Andityas Prabantoro (penyunting)

Guntur (ilustrator)

Penerbit Buku : Bandung : Penerbit Mizan, 2018 Copyright The Author and H. Aschehoug o. 1991

Tahun Terbit : 2018

Jumlah Halaman : 8000

Halaman Dimensi Buku: 21 Cm

Harga Buku : Rp 92.650

Review Buku :

Buku Dunia Sophie merupakan novel fiksi yang bercerita tentang seorang remaja berumur emat belas tahun bernama Sophie. Buku Dunia Sophie menceritakan tentang sejarah filsafat yang dikemas dengan cara yang unik. Pasalnya buku ini menceritakan sejarah filsafat dari sebelum abadnya Socrates sampai dengan filsafat pada abad ke-20 melalui surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait filsafat yang berusahadijawab oleh Sophie. Selain berusaha menjawab pertanyaan mengenai filsafat Sophie juga berusaha mengungkap siapa yang mengirim surat tersebut. 

BAB 1. Taman Firdaus 

Dimulai dengan bab berjudul "Taman Firdaus" kisah ini mengisahkan Sophie Amundsend yang, setelah pulang sekolah, menemukan sebuah surat tanpa identitas pengirim di kotak surat rumahnya. Surat tersebut berisi pertanyaan sederhana, "siapakah kamu?" Setelah membaca surat tersebut, berbagai pertanyaan muncul dalam benak Sophie, termasuk bagaimana jadinya jika namanya berbeda atau bagaimana ia memperoleh bentuk fisiknya. Pertanyaan-pertanyaan ini merambah ke aspek-aspek kompleks tentang jati dirinya. Selanjutnya, ia merenungkan keberlanjutan kehidupan dan mencecak tentang misteri kematian. Sophie kembali ke kotak surat untuk memastikan tidak ada surat yang tertinggal, namun menemukan surat yang sama dengan pertanyaan berbeda, yaitu "dari mana datangnya dunia?" Pertanyaan ini semakin memperdalam keruncingan pemikirannya. Dari saat itu, Sophie mulai mempertimbangkan asal-usul Tuhan dan proses pembentukan dunia. Dihadapkan pada kompleksitas ini, hidupnya menjadi penuh dengan teka-teki besar. Kemudian, dalam membuka kotak pos kembali, Sophie menemukan surat ucapan selamat ulang tahun yang sebenarnya ditujukan untuk Hilde. Surat-surat misterius ini memacu Sophie untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan filosofis yang tidak pernah dia pertimbangkan sebelumnya. Seluruh rangkaian kejadian, seperti surat-surat misterius dan kartu ulang tahun yang salah alamat, mengakibatkan perubahan mendalam dalam kehidupan Sophie, memicu refleksi mendalam tentang eksistensi dan makna kehidupan. 

BAB 2. Topi Pesulap 

Pada bab berikutnya, terungkap bahwa Sophie masih menanti penulis surat tanpa identitas tersebut. Keputusannya untuk merahasiakan surat-surat itu dari siapa pun menyebabkannya kehilangan fokus, bahkan saat berada di sekolah. Setiap kali pulang, ia tergesa-gesa, bahkan menolak ajakan Joanna untuk bermain. Namun, menolak ajakan Joanna ternyata menjadi keputusan yang tidak tepat, karena setelah memeriksa kotak surat, Sophie tidak menemukan apapun di dalamnya. Rasa kecewa muncul, dan Sophie menutup pintu gerbang rumahnya. Tiba-tiba, ia menemukan sebuah amplop dengan namanya tertulis di atasnya. Di balik amplop tersebut, tertera tulisan "Pelajaran Filsafat. Hati-hati." Sophie segera membaca surat tersebut yang menjelaskan konsep "Apakah Filsafat Itu?" dan mengisahkan seorang filsuf yang diibaratkan sebagai pesulap. Meskipun membaca isi surat tersebut, Sophie tetap merasa penasaran dan kembali mendekati kotak surat. Sepertinya tak disangka, Sophie menemukan amplop cokelat dengan namanya di dalamnya. Surat ini mengandung cerita berjudul "Makhluk Aneh" yang menggambarkan hakikat keberadaan makhluk hidup. 

BAB 3. Mitos-mitos 

Dalam bab berikutnya yang berjudul "Mitos-mitos" masih tergambar kebingungan yang dirasakan oleh Sophie yang terus menanti surat misterius. Sophie sangat bersemangat menantikan surat-surat tersebut hingga ia merasa bosan dengan kegiatannya. Namun, penantiannya tidak sia-sia karena Sophie menemukan sebuah amplop cokelat yang ditujukan padanya. Isi surat tersebut membahas tentang mitos-mitos yang tersebar di dunia. Dalam surat tersebut dijelaskan tentang makna mitos dan bagaimana manusia bisa mempercayainya. Surat itu menggambarkan mitos sebagai sesuatu yang eksis namun tidak selalu dapat dianggap benar, sambil memberikan gambaran filosofis terkait mitos-mitos tersebut. Mitos dianggap dapat menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami oleh manusia. Meskipun begitu, surat tersebut juga menyoroti bahwa mitos sebenarnya merupakan hasil pemikiran manusia. Selain menceritakan tentang mitos, surat ini juga menjelaskan tujuan dari para filsuf Yunani, yang datang untuk menjelaskan fenomena alam semesta secara ilmiah. 

BAB 4. Para Filosof Alam 

Penjelasan mengenai alam ternyata tidak mencukupi hingga bab "Mitos-Mitos" Pada bab berikutnya, Sophie menemukan sebuah amplop putih yang berisi sejumlah pertanyaan yang menurutnya terlihat konyol. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat rumit dan sulit untuk dipahami dengan akal sehat. Beberapa contoh pertanyaan yang dia temui adalah, "Adakah zat dasar yang menjadi bahan untuk membuat segala sesuatu?", "Dapatkah air berubah menjadi anggur?", dan "Bagaimana tanah dan air dapat menghasilkan katak?". Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat Sophie harus memikirkan jawabannya secara mendalam, mencoba mengaitkannya dengan konsep-konsep tertentu. Setelah pulang sekolah, Sophie menemukan sebuah amplop tebal di dalam kotak suratnya. Kembali ke tempat persembunyiannya, Sophie menemukan surat yang berjudul "Proyek Para Filosof." Surat ini berisi jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dia terima dalam surat sebelumnya. 

BAB 5. Democritus 

Sophie mendapatkan amplop putih dengan pertanyaan yang terdengar lebih konyol, seperti "Mengapa Lego dianggap sebagai mainan paling cerdas di dunia." Dalam Bab "Democritus" Sophie awalnya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Namun, kemudian dia menyadari bahwa Lego adalah permainan yang mudah disusun, dapat dicocokkan satu sama lain meskipun memiliki bentuk yang berbeda, tahan lama, dan dapat membentuk berbagai bentuk. Dalam bab ini, Democritus diibaratkan sebagai Lego. Democritus meyakini bahwa segala sesuatu terbuat dari balok-balok kecil yang tidak terlihat, yang dalam konteks ini disebut atom. Atom dianggap sebagai benda yang dapat dipecah menjadi partikel-elementer, memiliki batas minimal untuk dipecah, dan bukan benda abadi. Teori atom Democritus menjelaskan persepsi indra kita, menurutnya, bahwa jika kita merasakan sesuatu, itu disebabkan oleh gerakan atom diangkasa. Teori atom Democritus juga menandai berakhirnya filsafat alam Yunani. Menurut Democritus, alam mengalir begitu saja, tetapi di baliknya ada unsur yang bersifat abadi, seperti atom. Ia menggambarkan alam yang berakhir sebagai jajaran gunung yang perlahan-lahan dapat hancur, dan atom diibaratkan sebagai bagian paling kecil dalam jajaran gunung yang tidak dapat hancur. Namun, Democritus juga muncul dengan pertanyaan baru seiring dengan pengembangan teorinya. 

BAB 6. Takdir 

Dalam bab berikutnya, Sophie menerima surat yang mengandung pertanyaan tentang kepercayaan, seperti "Apakah kamu percaya takdir?", "Apakah penyakit itu hukuman dari dewa?", dan "Kekuatan apa yang mengatur jalannya sejarah?". Sophie awalnya tidak mempercayai adanya takdir, tetapi kemudian ia menyadari bahwa beberapa hal terkait dengan takdir dan takhayul. Meskipun demikian, ia yakin bahwa Democritus tidak mempercayai takhayul. Sophie kemudian menulis surat kepada filsuf tersebut, meminta agar filsuf tersebut mengungkapkan identitasnya dan berkunjung ke rumahnya. Balasan dari filsuf tersebut ternyata berisi jawaban atas pertanyaan pada surat sebelumnya. Surat itu menceritakan keyakinan orang Yunani terhadap fatalisme, yang menganggap bahwa segala sesuatu sudah diatur. Orang Yunani meyakini bahwa takdir ditentukan oleh Tuhan dan Dewa. Seiring berjalannya waktu, filsuf berusaha menjelaskan peristiwa-peristiwa tersebut melalui penjelasan ilmiah, seperti bagaimana penyakit dapat terjadi dan bagaimana cara menyembuhkannya. 

BAB 7. Socrates 

Dalam bab "Socrates" Sophie menemukan amplop di tempat persembunyiannya dengan lubang dan sudut yang basah, meskipun saat itu adalah musim semi. Amplop tersebut memberikan penjelasan tentang penyesalan seorang filsuf yang tidak dapat bertemu langsung dengan Sophie, dan amplop tersebut dikirim oleh utusannya, bukan oleh filsuf itu sendiri karena dianggap berbahaya. Meski begitu, filsuf tersebut memberi izin kepada Sophie untuk mengirim surat dengan amplop merah jambu dan sepotong kue atau gula di dalamnya. Amplop tersebut juga berisi pertanyaan dan pernyataan, seperti "Adakah sesuatu yang disebut kesopanan alamiah? Orang paling bijaksana adalah yang tahu bahwa dia tidak tahu. Pengetahuan sejati berasal dari dalam. Orang yang tahu yang benar akan bertindak dengan benar." Saat Sophie memikirkan pertanyaan dan pernyataan dari amplop tersebut, muncul Labrador emas yang memaksa masuk dan mengambil amplop coklatnya yang ternyata adalah utusan guru filsufnya. Isi amplop tersebut menceritakan pemikiran seorang filsuf, yaitu Socrates. Di Athena, para guru dan filsuf berkumpul dan disebut sebagai kaum sophis, yang kritis terhadap metodologi tradisional. Socrates dan Plato memiliki kesamaan karena Plato menyampaikan pemikirannya melalui Socrates. Dalam seni berdiskusi, Socrates menggunakan pertanyaan untuk membuka jalannya diskusi, membiarkan orang lain menjawab pertanyaannya sementara ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa. Dia selalu menyatakan bahwa dia menyimpan "suara ilahi" dalam dirinya. Socrates juga memprotes tindakan menghukum mati orang dan menolak memberi informasi kepada musuh politiknya, yang pada akhirnya membuatnya kehilangan nyawa. Socrates didakwa "memperkenalkan dewa-dewa baru dan merusak kaum muda." Meskipun orang menganggapnya bersalah, dia dihukum mati dengan meminum racun di depan para sahabatnya. Socrates tidak menyebut dirinya sebagai filsuf karena dia sadar bahwa pengetahuannya terbatas, sedangkan seorang sophis akan puas dengan sedikit pengetahuan yang diperolehnya. Bab ini mengisahkan usaha Socrates dalam mencari kebenaran dan kesalahan. 

BAB 8. Athena 

Dalam bab selanjutnya, perhatian terfokus pada sesuatu yang menarik karena Sophie tidak menerima surat seperti biasa, melainkan sebuah kaset VCR yang menarik minatnya. Sophie memutarkan kaset tersebut dan melihat rekaman Albert Knox, guru filsufnya, yang sedang berada di Athena pada tahun 402 SM. Kejadian ini membuat Sophie terkejut dan bingung terhadap apa yang baru saja terjadi. Dalam rekaman tersebut, Sophie melihat sosok Socrates dan Plato. Pada saat itu, Plato memberikan empat tugas kepada Sophie, yaitu "memikirkan cara seorang tukang roti membuat lima puluh kue yang persis sama, menanyakan kepada diri sendiri mengapa semua kuda itu sama, memutuskan apakah manusia memiliki jiwa yang kekal, dan akhirnya, menjawab apakah pria dan wanita sama-sama bijaksana." Sophie berusaha mempertimbangkan tugas-tugas tersebut dengan cermat, tetapi ia merasa bahwa mungkin dia terlalu jauh memikirkannya. Pertanyaan yang muncul adalah apakah ia benar-benar melihat Socrates dan Plato dalam rekaman kaset VCR tersebut. 

BAB 9. Plato 

Bab selanjutnya menceritakan tentang Sophie yang berusaha mengungkap pertanyaan pertanyaan yang diberikan oleh Plato. Tapi harus berfikir dengan sangat hati hati mengenai hal tersebut karena hal tersebut tidaklah mudah. Satu waktu ibunya Memanggang beberapa kue, mereka tidak pernah benar benar sama. Tapi memang ibunya bukanlah seorang koki kue. setiap potong kue dibentuk secara terpisah dengan tangan si tukang roti. Hal tersebut membuat Sophie bahagia karena ia menemukan jawaban atas satu pertanyaan. jika seorang tukang roti membuat 50 kue yang versi sama, ia pasti menggunakan Jatakan kue untuk semuanya pada akhirnya Sophie menemukan jawabannya. Sophie menemukan jawaban mengapa semua aku udah sama. Tapi mereka tidak sama sekali sama sebaiknya Sophie beranggapan bahwa ada dua kuda yang sama seperti halnya tidak ada dua orang sama maka jawabannya tidak kuda yang sama melaikan yang “persis sama”. Pertanyaan selanjutnya apakah manusia memiliki jiwa yang Kekal? Itu adalah sesuatu yang Sophie tidak dapat menjawabnya, yang ia ketahui adalah bahwa tubuh tubuh yang mati itu kemudian dibakar atau dikubur sehingga tidak ada lagi kehidupan bagi mereka. lalu Sophie ingat kepada neneknya yang pernah berkata bahwa dia merasa hanya tubuhnya lah yang tua. Di dalam, ia tetap seorang gadis muda yang sama. Pikiran tentang gadis muda tersebut mengingatkan Sofi pada pertanyaan terakhir apakah pria dan wanita sama sama bijaksana? Dia tidak begitu yakin mengenai hal tersebut tergantung kepada Plato apa yang dimaksudkan nya dengan bijaksana. Pada bab ini juga menceritakan tentang plato yang seorang murid Socrates. Menurut Plato kehidupan di dunia itu “mengalir”. Terdapat perbedaan teori Plato dan Socrates adalah mengenai kekal dan abadi. 

BAB 10. Gubuk Sang Mayor 

Dalam Bab "Gubuk Sang Mayor", Sophie aktif mencoba mengungkap pertanyaan-pertanyaan filosofis yang menghantuinya. Ia keluar rumah tanpa sepengetahuan ibunya, menjelajahi hutan, dan menemui sebuah gubuk kecil di tepi danau. Gubuk tersebut berwarna merah dengan asap keluar dari cerobongnya. Meskipun sepatunya basah, Sophie memutuskan untuk mengunjungi gubuk tersebut. Di dalam gubuk, Sophie menemukan petunjuk bahwa tempat itu mungkin dihuni oleh dua filsuf dan seekor anjing. Ada beberapa buku, mesin ketik, alat tulis, serta barang-barang rumah tangga yang tampaknya baru digunakan. Sebuah lukisan tua berjudul "Bjekely" dan dua lukisan lainnya menambah misteri gubuk itu. Sophie menemukan rambut emas dan menduga bahwa Alberto Knox dan Hermes mungkin tinggal di sana. Ketika Sophie mendengar suara seseorang mendekat, ia bersiap untuk pergi tetapi menemukan dompet hijau dan memutuskan untuk mengambilnya. Di dalam dompet, Sophie menemukan surat yang berisi pertanyaan filosofis tentang apakah ayam atau "ide" ayam yang ada lebih dulu. Setelah pulang ke rumah, Sophie menulis surat kepada guru filsafatnya untuk menjawab pertanyaan yang ada pada amplop, menyatakan keyakinannya bahwa ayam lebih dulu ada daripada "ide-ide" yang dibawanya. 

BAB 11. Aristoteles 

Setelah selesai berkutat dengan Socrates dan Plato, pada bab selanjutnya menceritakan mengenai kisah hidup Aristoteles. Ia lahir pada tahun 384 SM dan wafat 322 SM. Ariestoteles merupakan murid akademi Plato selama kurang lebih 20 tahun. Aristoteles bukan penduduk Asia tengah. Ia dilahirkan di Makedonia dan datang ke Akademi Plato ketika usia Plato 61 tahun. ayahnya adalah seorang dokter di hormati dan karenanya juga seorang ilmuan. masih menyangkut Dengan bab sebelumnya tidak ada ide bawaan, latuh ingin menemukan yang Kekal dan abadi telah semua perubahan. Maka, ia menemukan ide sempurna yang lebih baik daripada dunia Indra. Lagi Plato mendapatkan bahwa ide itu lebih nyata dibandingkan dengan semua fenomena alam. Selanjutnya Aristoteles menganggap Plato telah menjungkirbalikkan segalanya. Dia setuju dengan gurunya bahwa kuda kuda berubah dan bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Tetapi kuda ide itu adalah sebuah konsep yang dibentuk oleh manusia setelah melihat sejumlah kuda tertentu.Kuda yang dimaksud oleh Aristoteles adalah sesuatu yang dimiliki oleh semua aku udah. Di sini, kiasan tentang Jatakan kue jahe tidak cocok dikarenakan katakan itu berada terpisah dari gue gue itu tentu. Aristoteles tidak percaya pada adanya katakan atau bentuk semacam itu. Bagi Aristoteles ide ide ada dalam benda benda sebab mereka merupakan ciri khas benda benda tersebut.Pada bab ini juga menjelaskan mengenai gagasan Aristoteles mengenai logika, tangga alam, etika, politik dan pandangan mengenai wanita. Ketika Sophie membaca bab Aristoteles ia mengembalikannnya kedalam amplop coklat dan mulai berpikir mengnai proses alam yang terjadi disekitarnya. 

BAB 12. Helenisme 

Pada bab Helenisme Sophie mendapatkan ujian Agama yang belum sempat ia pelajari Sophie diberikan pada jam ketiga. Pada kertas soal tertulis tiga soal mengenai “Filsafat Tentang Kehidupan Toleransi” Sophie sudah berhari-hari tidak membuka buku pelajaran agamanya namun ia menjawab pertanyaan dengan mengalir dan ia merasa bisa menjawabnya berkat apa yang telah ia pelajari dari guru filsafatnya. Ketika Sophie pulang sekolah ia lari menuju sarang dan mendapatkan amplop berwarna coklat dengan sudut yang kering. Dalam surat itu Sophie diminta untuk mempelajari dasar-dasar filsafat Eropa. Pada saat suatu Peradaban dengan kebudayaan dan bahasa Yunani memainkan peran utama, berlangsung selama 300 tahun, dikenal sebagai periode Helenisme. Istiwa Helenisme mengacu pada kebudayaan yang didominasi Yunani. pada saat itu sedang berjaya pada tiga kerajaan, yaitu Mecadonia, dan Mesir. Helenisme ditandai dengan adanya perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan hilangnya sebuah kebudayaan. Sebelumnya, bangsa yunani, romawi, mesir, babylonia, syria, dan persia telah menyembah dewa mereka sendiri-sendiri di dalam apa yang secara umum kita sebut "agama nasional". Sekarang kebudayaan mulai tercampur dalam sebuah wadah yang menampung gagasan mengenai Agama, Politik, dan Ilmu Pengetahuan. pada bab ini juga menceritakan tentang beberapa kaum, kaum sinis yang tidak peduli terhadap penderitaan orang lain, kaum stoik yang percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari akal, kaum epicuren Yang menekankan bahwa kenikmatan tidak lantas berarti kenikmatan Indrawi makanan, juga nilai-nilai seperti persahabatan dan penghargaan terhadap kesenian. Selain itu pada bab ini menjelaskan tentang Neoplatisme juga Mitisme. Dari setiap bab bagian yang saya sukai adalah ketika Sophie berada pada bab “Gubuk Sang Mayor” disaat Sophie diberikan pertanyaan mengenai lebih dahulu ada ayam ataukah ayam “ide”. Karena pada kenyataannya pertanyaan tersebut masih sering dipertanyaan oleh manusia-manusia di zaman modern ini dan masih berada pada perdebatan yang sama mengenai hal tersebut. Lalu bagian yang sangat menarik pada buku ini yaitu pada bagian Sophie berada pada bab Plato ketika ia berpikir tentang apakah pria dan wanita sama-sama bijaksana. Dia tidak yakin tentang hal ini, karena tergantung pada interpretasi Plato mengenai kebijaksanaan. Bab ini juga membahas Plato sebagai murid Socrates dan perbedaan teori mereka mengenai kekekalan dan keabadian dalam kehidupan dunia. Secara keseluruhan buku ini sangat menarik untuk dibaca, karena ketika membaca buku ini seakan-akan kita masuk kedalam Dunia Sophie yang penuh dengan teka-teki dan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang dalam kenyataannya pertanyaan-pertanyaan tersebut terkadang masih ada pada zaman sekarang dan masih diperdebatkan hingga saat ini. 

Daftar Pustaka 

Gaarder, J. 2018. Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat . Bandung: PT Mizan Pustaka

Komentar